Tuesday, May 22, 2012

Melatih Anak Berpikir Alternaif

Seharusnya dari sistem pendidikan kita dapat melahirkan perserta didik yang bernalar. Sering terdengar suara miring dialamatkan pada anak didik kita yang katanya defisit kemampuan nalarnya. padahal bernalar sangat merupakan suatu yang penting dimiliki manusia agar dapat menghadapi dan mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya oyang dimiliki.
Kaitannya dengan berpikir/bernalar, kiranya perlu dikembangkan kemampuan berpikir alternatif. Kemampuan berpikir tersebut, maksudnya adalah peserta didik mampu mengembangkan pilihan-pilihan solusi dalam mengahadapi kasus atau masalah yang dihadapi sesuai konteks yang dihadapinya. Bila suatu cara gagal, ia tidak lekas putus asa.
Kemampuan berpikir alternatif sangatlah diperlukan. Terlebih dalam kondisi terbatas, dengan kemampuan itu siswa diharapkan dapat menjalani kehidupan di masa mendatang yang penuh dengan turbulensi, tantangan, persaingan, ketidakpastian, kompleksitas masalah, keterbatasan SDA, dan kesempatan lainnya.
Masyarakat yang bepikir alternatif relatif memiliki kemandirian dalam hidup, berdaya resistensi yang kuat, memiliki ekspetasi yang tinggi dan kreativitas yang tinggi. Dengan demikian ia terhindar dari kebuntuan, apatis, frustasi, statis, pesimis, dan skeptis dalam menghadapi masalah.
Memimpikan peserta didik yang dapat berfikir alternatif memerlukan komitmen dari semua pendidik dan pimpinan sekolah. Kemampuan tesebut perlu di pupuk secara teus menerus dengan berbagai cara dan upaya, diantaranya :
  1. Interaksi guru yang dialogis. Kegiatan proses belajar diruang kelas haruslah mencerminkan suasana terbuka, dan dialogis. Siswa diarahkan secara merdeka untuk mengemukakan pendapatnya secara bertanggung jawab.
  2. Evaluasi yang direfleksikan haruslah mengedepankan pendapat dan kelogisan berfikir
  3. Hindari kebiasaan menjadi epigon (pembebek, pembeo, dan pengekor) dalam menguasai materi. Verbalisme atau menghapal materi pelajaran secara mutlak hendaknya dihindari
  4. Biasakan menyadur, meringkas, atau memfarafrasekan pendapat orang lain. Biasakan mengemukakan kembali pendapat orang lain dengan redaksi sendiri.
Semoga hal-hal tersebut menstimulus anak-anak kita berlatih berpikir alternatif untuk diterapkan dalam kehidupannya.

No comments:

Post a Comment